Surabaya – National LKTI Competition merupakan sebuah kompetisi atau lomba karya tulis ilmiah tingkat nasional yang diadakan oleh Prodi Gizi, Fakultas Teknik, UNESA. Lomba ini diselenggarakan pada 5 Januari secara luring dengan mengangkat tema “Zero Stunting For Indonesia’ Bright Future”, disertai 6 subtema, kesehatan gizi, makanan, pendidikan, teknologi, lingkungan, dan ekonomi
Pada National LKTI Competition, tema “Zero Stunting For Indonesia’ Bright Future”, Tim Teknik Jaya! yang beranggotakan Ilham Dwi Rahayu, Dea Muthia Febry, dan Ananda Putra Kanieza berhasil menyabet Juara 1 dengan subtema teknologi. Tim dalam bimbingan Bapak Sutrisno, S.T., M.Sc., Ph.D, ini berhasil meraih Juara 1 dengan mengangkat judul karya tulis ‘SMART AGRICULTURE: PENGEMBANGAN SISTEM KONTROL KELEMBABAN TANAH BERBASIS ARDUINO UNO (ATMEGA 328) UNTUK MENINGKATKAN HASIL PANEN TANAMAN SAYUR SEBAGAI UPAYA MENJAGA KETAHANAN PANGAN DAN GIZI MASYARAKAT DI MUSIM KEMARAU’.
Mereka mengusung konsep tersebut karena ingin mengoptimalkan penggunaan teknologi pada Penyiraman Tanaman Sayur khususnya pada Green House, dan Konsumen Pecinta Apotek Hidup yang membutuhkan pemantauan lebih terkait kelembapan tanah dan suhu sekitar. Selain itu, gagasan dari sistem ini sejalan dengan Society 5.0 yang konsepnya berpusat pada manusia dan berbasis teknologi.
Ilham selaku Ketua Tim mengungkapkan, Sistem Smart Agriculture ini memiliki fungsi utama untuk mengatur penyiraman air pada tanaman secara otomatis berdasarkan pada suhu udara dan kadar kelembapan tanah.
“Secara teknis sistem ini intinya untuk menyiram tanaman pada umumnya. Namun, bedanya ialah sistem ini mampu memberikan penyiraman yang lebih efisien berdasarkan parameter suhu dan kelembapan, dengan hanya mengatur threshold sesuai tanaman yang diinginkan . Pendeteksian tersebut dilakukan menggunakan Soil Moisture Sensor yang ditancapkan ke tanah pada lahan dan Humidity Sensor yang berada dalam area lahan. Selanjutnya, misalkan apabila kelembapan tanah terbaca kering maka sistem otomatis akan menyemprotkan air dari pompa yang mengalir melalui pipa sesuai setting threshold yang telah terprogram. Jadi apabila ibu-ibu dirumah untuk sekedar menanam sayur atau apotek hidup maupun petani greenhouse untuk memanfaatkan lahan yang tidak terlalu luas bisa menggunakan alat ini. Sehingga ketika ditinggal ke luar kota tidak khawatir terkait penyiraman” ungkap Ilham.
Mengenai rancangan alatnya, Ananda mengungkapkan bahwa komponen dari sistem ini ialah Arduino UNO sebagai mikrokontroler, Soil Moisture Sensor sebagai pendeteksi kelembapan tanah, Humidity Sensor sebagai pendeteksi suhu lahan, LCD 2×16 sebagai penampil data, Relay 5V sebagai alat pemutus sekaligus penyambung arus listrik menuju pompa air yang berguna mengeluarkan air untuk tanaman, pompa DC 12 Volt, tandon, dan selang dan pipa untuk mengalirkan air. Untuk Supply Pompa DC menggunakan Baterai NMC 12 Volt
“Smart Agricuture ini memiliki konsep kerja melakukan monitoring dan otomatisasi penyesuaian kelembapan tanah dan suhu udara sebagai indikator penyiraman tanaman. Jika tanaman yang dalam kondisi kurang lembab, maka sensor akan mengirimkan sinyal atau perintah kepada arduino uno untuk memerintahkan relay menyalakan pompa air menyiram tanaman sesuai dengan kebutuhan. Apabila tanah sudah dalam keadaan lembab, secara otomatis sistem ini akan menutup dan tidak melakukan penyiraman tanaman kembali..” imbuh Ananda.
Anggota lainnya, yaitu Dea Muthia, mengatakan “Munculnya gagasan ini bisa menjadi salah satu inovasi yang dapat membantu memanfaatkan lahan yang tidak produktif. Selain itu, kita dapat juga untuk membantu daerah terdampak musim kemarau berkepanjangan agar ketika suhu dan kelembaban tanah tidak cukup optimal untuk pertumbuhan tanaman, maka tanpa perlu dilakukan pemantauan oleh konsumen, secara otomatis sistem akan menjalankan fungsinya agar lahan pertanian tetap terjaga. Selain itu, inovasi yang dikembangkan dapat meningkatkan nilai tambah pertanian serta pendapatan ekonomi pertanian. Dengan adanya sistem Smart Agriculture ini juga dapat membantu menghemat energi, menghemat air, mengurangi emisi, dan menyimpan karbon pada tanaman dan tanah dalam jumlah yang lebih banyak.” (ILHM/AR).