National Paper Competition (NPC) merupakan sebuah kompetisi atau lomba karya tulis ilmiah tingkat nasional yang diadakan setiap tahun oleh LKM FONETIK (Forum Penelitian dan Kepenulisan Ilmiah Kultura) Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya. Lomba ini diselenggarakan pada 27 Agustus – 11 November 2021 secara daring dengan mengangkat tema ‘Optimalisasi Kontribusi Mahasiswa Menuju Era Society 5.0 Demi Mewujudkan Indonesia Emas 2045’, disertai 6 subtema, yaitu sosial budaya, maritim, teknologi, pendidikan, ekonomi, dan kesehatan.

Dalam NPC UB 2021, Tim Resonance yang beranggotakan Mario Alfandi Wirawan, Muhammad Sandya Rafiyatna, dan Anas Malik, berhasil menyabet Juara Harapan 3 dengan subtema teknologi. Tim dalam bimbingan Bapak Feri Adriyanto, Ph.D, ini berhasil meraih Juara Harapan 3 dengan mengangkat judul karya tulis ‘Sistem Penyeberangan Jalan Ramah Difabel dan Lansia Berbasis RFID’.

Mereka mengusung konsep tersebut karena ingin mengoptimalkan penggunaan teknologi pada fasilitas penyeberangan jalan khususnya untuk para lansia dan difabel yang membutuhkan waktu lebih untuk menyeberang. Selain itu, gagasan dari sistem ini sejalan dengan Society 5.0 yang konsepnya berpusat pada manusia dan berbasis teknologi.

Mario selaku Ketua Tim mengungkapkan, Sistem Penyeberangan Jalan Ramah Difabel dan Lansia ini memiliki fungsi utama untuk mengatur durasi lampu penyeberangan menjadi lebih lama.

“Secara garis besar sistem ini mirip dengan pelican crossing. Namun, bedanya ialah sistem ini mampu membedakan antara pengguna sebenarnya (difabel dan lansia) dengan yang hanya iseng memencet tombol saja. Pendeteksian perbedaan tersebut dilakukan menggunakan sensor RFID (Radio Frequency Identification) yang terletak pada alat dan kartu pengguna. Pengguna hanya tinggal mendekatkan kartu mereka pada sensor. Selanjutnya, apabila ID pengguna terbaca maka sistem otomatis akan mengatur durasi waktu lampu penyeberangan khusus yang lebih lama dari umumnya.” ungkap Mario.

Ia juga mengatakan bahwa konsep sistem ini sebelumnya sudah diaplikasikan di Singapura dengan nama Green Man Plus. Perbedaanya ialah konsep ini lebih sederhana dan komponen atau alatnya dirancang oleh tim ini sendiri.

Mengenai rancangan alatnya, Sandya mengungkapkan bahwa komponen dari sistem ini ialah Arduino UNO sebagai mikrokontroler, RFID tag dan reader sebagai pendeteksi/sensor, real time clock (RTC) sebagai pewaktu, dan LCD 2×16 dan beberapa lampu LED sebagai penampil waktu dan indikator penyeberangan.

“Cara kerja dari alat secara sederhana ialah sensor RFID reader membaca ID tag pada kartu pengguna kemudian mencocokkannya ke memori. Apabila ID tag pengguna terdapat pada memori maka mikrokontroler akan mengatur waktu hitung mundur, menyalakan lampu hijau, dan menampilkan durasi hitung mundur pada LCD. Namun, apabila ID tag pengguna tidak terdaftar maka alat tetap dalam keadaan stand-by.” imbuh Sandya.

Anggota lainnya, yaitu Anas, mengatakan “Munculnya gagasan ini bisa menjadi salah satu inovasi bagus pada zebra cross  jalan raya di Indonesia mengingat pertumbuhan jumlah lansia yang meningkat dari tahun ke tahun. Kami berharap dinas yang berwenang dapat memberikan perhatian yang lebih  kepada para lansia dan difabel agar bisa mendapatkan kenyamanan yang setara dan keamanan yang lebih”.

“Selain itu, kami rasa sistem ini akan sangat cocok apabila diaplikasikan pada penyeberangan jalan menuju sarana umum seperti terminal, stasiun, rumah sakit, hinggal mal.” imbuh Mario.

Dengan demikian, mereka berharap sistem ini dapat membantu memberikan kenyamanan bagi pejalan kaki khususnya para difabel dan lansia saat menyeberang jalan (AR).


Leave a Reply